January 29, 2009

Duniaku Buku..

Hidupku sekarang ini dipenuhi dengan buku..
Setiap hari, fikiranku meeesti teringat buku..
Nak baca buku
Nak order buku
Nak beli buku
Nak orang beli buku
Nak promote buku
Buka je mata..nampak buku..
Buku..buku..dan buku...

Buku2 ni ada aura dia sendiri..sebab..

Ada yang jadi ulat buku
Asyik berkepit je ngan buku
Dah dapat buku langsung xbleh berpisah ngan buku, xbleh buat pape dah..
Hanyut dengan dunia buku

Ajaibnya buku..
Kita boleh melancong ke seluruh pelusuk dunia
Kita boleh jadi doktor, engineer, saintis
Semua yang kita nak jadi boleh dengan adanya buku
Buku boleh buat orang miskin jadi kaya
Buku boleh jadikan seseorang yang lemah menjadi hebat
Buku juga boleh jadi teman akrab kita
Buku boleh buat kita gembira, menangis, sedih, ketawa..
Buku juga membina jambatan silaturrahim antara sesama insan

Emmm..macam-macam dgn buku ni... :)

We are what we read..

Tangisan Anak-anak Palestin...



Mereka menangis kerana ibu ayah mereka di bom
Mereka menangis kerana ahli keluarga mereka ditembak
Mereka menangis kerana kehilangan sahabat handai
Mereka menangis kerana tiada rumah dan tempat berteduh
Mereka menangis kerana sekolah mereka dihancurkan
Mereka menangis kerana tiada makanan dan minuman
Mereka menangis...
Menangis kerana segala-galanya di Palestin...

Air mata dan kesedihan
Kesusahan dan kesengsaraan
Bukan keputus-asaan mereka

Air mata dan kesedihan itu
Adalah semangat dan keberanian
Yang terus menjalar dalam darah daging mereka

Kesusahan dan kesengsaraan itu
Penguat keimanan dan kebergantungan kepada Yang Maha Kuasa







"apabila saya besar saya bertekad akan mengebom mereka sebagaimana mereka mengebom kami.." Shereen Abu Tob (8 Thn)

Shereen Abu Tob yang dalam sekelip mata menjadi yatim piatu dan hidup sebatang kara angkara kekejaman Israel tanpa batasan.

Saya tidak takut dgn serangan Israel. Cukuplah Allah menjadi pelindung saya..Anas Salem (10 Thn)



Inilah kehebatan anak-anak di Palestin. Mereka mempunyai semangat juang tinggi untuk menentang keganasan Israel. Bila pikir-pikirkan..diri ini pun tidak mampu nak menghadapi segala pergelutan sebagaimana di Palestin..Iman tidak sekuat anak-anak Palestin yang meletakkan total kebergantungannya kepada Allah swt. Tak terbayang jika semua itu atau sedikit saje pertempuran berlaku di depan mata. Tentu akan tersungkur dan rebah lemah menghadapinya..

Sesungguhnya Allah lah Yang Maha Mengetahui segalanya..dan Dialah Yang Maha Berkuasa atas segalanya..

Wahai makhluk kecil dalam rahimkuu..
Semoga dikau berkembang menjadi anak yang soleh..menjadi perantara bagi kemaslahatan umat manusia..menegakkan kebenaran..membela kejujuran..menjadi orang yang penuh manfaat bagi orang lain dan menjadi pemakmur negeri..

January 14, 2009

Pendaki


Disadur dari buku :
Kekuatan Cinta “30 Nasihat Bagi Jiwa Perindu Nur Illahi”
Irfan Toni Herlambang

Seorang pendaki gunung sedang bersiap-siap melakukan perjalanan. Di punggungnya, ada ransel dan beragam carabiner (pengait). Tak lupa tali-temali tersusun melingkar di sela-sela bahunya. Pendakian kali ini cukup berat. Jadi, persiapannya harus lebih lengkap. Kini, di hadapan pendaki itu menjulang sebuah gunung yang tinggi. Puncaknya tak terlihat. Tertutup salju yang putih. Awan yang berarak di sekitarnya, membuat tak seorang pun tahu apa yang tersembunyi di sana.

Mulailah pendaki itu melangkah, menapaki jalan-jalan bersalju yang terbentang di hadapannya. Tongkat berkait yang disandangnya menancap setiap kali ia mengayunkan langkah. Setelah beberapa berjam-jam berjalan, mulailah ia menghadapi dinding yang terjal. Tak mungkin baginva untuk terus melangkah. Dipersiapkannya tali-temali dan pengait di punggungnya. Tebing itu terlalu curam. la harus mendaki dengan tali-temali itu. Setelah beberapa kait ditancapkan, tiba-tiba terdengar gemuruh datang dari atas. Astaga, ada badaii salju datang tanpa diundang! Longsoran salju meluncur deras. Menimpa tubuh sang pendaki. Bongkah-bongkah salju yang mengeras, terus berjatuhan disertai deru angin yang membuat tubuhnya terhempas ke arah dinding. Badai itu terus berlangsung selama beberapa menit. Namun, untunglah tali-temali dan pengait telah menyelamatkan tubuhnya dari dinding yang curam itu.

Semua perlengkapannya hilang. Hanya tersisa sebilah pisau di pinggangnya. Sang pendaki itu tergantung terbalik di dinding yang terjal itu. Pandangannya kabur. Semua tampak memutih. la tak tahu di mana berada. Sang pendaki cemas. la berkomat-kamit, memohon doa kepada Tuhan agar diselamatkan dari bencana. Mulutnya terus bergumam, berharap ada pertolongan Tuhan datang padanya. Suasana hening setelah badai. Di tengah kepanikan itu, terdengar suara dari hati kecilnya yang menyuruhnya melakukan sesuatu. “Potong tali itu! Potong tali itu!” Terdengar senyap melintasi telinganya. Sang pendaki bingung, apakah ini perintah dari Tuhan? Apakah suara ini adalah pertolongan dari Tuhan? Tapi bagaimana mungkin, memotong tali yang telah menyelamatkannya, sementara dinding ini begitu terjal? Pandanganku terhalang oleh salju ini, bagaimana aku bisa tahu? Banyak sekali pertanyaan dalam dirinya. Lama ia ragu untuk mengambil keputusan. Lama. la tak mengambil keputusan apa-apa.

Beberapa minggu kemudian, seorang pendaki menemukan ada tubuh tergantung terbalik di sebuah dinding terjal. Tubuh itu beku. Tampak nya ia meninggal karena kedinginan. Sementara, batas tubuh itu dengan tanah hanya berjarak 1 meter saja!

Teman, kita mungkin kita akan berkata, betapa bodohnya pendaki itu karena tak mau menuruti kata hatinya. Kita mungkin akan menyesalkan tindakan pendaki itu yang tak mau memotong saja tali pengaitnya. Pendaki itu tentu akan selamat dengan membiarkan dirinya jatuh ke tanah yang hanya berjarak 1 meter. la tentu tak harus mati kedinginan. Begitulah, kadang kita berpikir, mengapa Allah tampak tak melindungi hamba-Nya? Kita mungkin sering merasa, mengapa ada banyak sekali beban, masalah, hambatan yang kita hadapi dalam mendaki jalan kehidupan ini. Kita sering mendapati ada banyak sekali badai salju yang terus menghantam tubuuh kita. Mengapa tak disediakan saja jalan lurus tanpa perlu menanjak agar kita terbebas dari semua halangan itu?

Namun, Teman, cobaan yang diberikan Allah buat kita adalah latihan. Hanya ujian. Kita adalah layaknya besi-besi yang ditempa. Kita adalah seperti pisau-pisau yang terus diasah. Sesungguhnya, di semua ujian dan latihan itu, tersimpan petunjuk. Ada tersembunyi tanda-tanda, asal KITA PERCAYA. Ya, asal kita percaya. Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah hingga mampu membuat kita memutuskan “memotong tali pengait” saat tergantung terbalik? Seberapa besar rasa percaya kita kepada Allah hingga kita mau menyerahkan semua yang ada pada diri kita kepada-Nya?

Teman, percayalah, akan ada petunjuk-petunjuk Allah dalam setiap langkah kita menapaki jalan kehidupan ini. Carilah, gali, dan temukan rasa percaya itu
dalam hatimu. Sebab, saat kita telah percaya, maka petunjuk itu akan datang dengan tanpa disangka.

Pasir dan Batu



Oleh : Irfan Toni Herlambang

Dua orang pengembara sedang melakukan perjalanan. Mereka tengah melintasi padang pasir yang sangat luas. Sepanjang mata memandang hanya ada pasir membentang. Jejak-jejak kaki mereka meliuk-liuk di belakang. Membentuk kurva yang berujung di setiap langkah yang mereka tapaki. Debu-debu pasir yang beterbangan memaksa mereka berjalan merunduk. Tiba-tiba badai datang. Angin besar menerjang mereka. Hembusannya membuat tubuh dua pengembara itu limbung. Pasir betebaran di sekeliling mereka. Pakaian mereka mengelepak, menambah berat langkah mereka yang terbenam di pasir. Mereka saling menjaga dengan tangan berpegangan erat. Mereka mencoba melawan ganasnya badai. Badai reda, tapi musibah lain menimpa mereka. Kantong bekal air minum mereka terbuka saat badai tadi. Isinya tercecer. Entah gundukan pasir mana yang meneguknya. Kedua pengembara itu duduk tercenung, menyesali kehilangan itu. "Ah.., tamatlah riwayat kita," kata pengembara pertama. Lalu ia menulis di pasir dengan ujung jarinya. "Kami sedih. Kami kehilangan bekal minuman kami di tempat ini."

Kawannya, si pengembara dua pun tampak bingung. Namun, mencoba tabah. Membereskan perlengkapannya dan mengajak kawannya melanjutkan perjalanan. Setelah lama menyusuri padang pasir, mereka melihat ada oase di kejauhan. "Kita selamat," seru salah seorang di antara mereka. "Lihat, ada air di sana." Dengan sisa tenaga yang ada, mereka berlari ke oase itu. Untung, bukan fatamorgana. Benar-benar sebuah kolam. Meski kecil tapi airnya cukup banyak. Keduanya pun segera minum sepuas-puasnya dan
mengisi kantong air.

Sambil beristirahat, pengembara pertama mengeluarkan pisau genggamnya dan memahat di atas sebuah batu. "Kami bahagia. Kami dapat melanjutkan perjalanan karena menemukan tempat ini.” Pengembara kedua heran. "Mengapa kini engkau menulis di atas batu, sementara tadi kau menulis di pasir?" Yang ditanya tersenyum. "Saat kita mendapat kesusahan, tulislah semua itu di pasir. Biarkan angin keikhlasan membawanya jauh dari ingatan. Biarkan catatan itu hilang bersama menyebarnya pasir ketulusan. Biarkan semuanya lenyap dan pupus," jawabnya dengan bahasa cukup puitis. "Namun,
ingatlah saat kita mendapat kebahagiaan. Pahatlah kemuliaan itu di batu agar tetap terkenang dan membuat kita bahagia. Torehlah kenangan kesenangan itu di kerasnya batu agar tak ada yang dapat menghapusnya. Biarkan catatan kebahagiaan itu tetap ada. Biarkan semuanya tersimpan." Keduanya bersitatap dalam senyum mengembang. Bekal air minum telah didapat, istirahat pun telah cukup, kini saatnya untuk melanjutkan perjalanan. Kedua pengembara itu melangkah dengan ringan seringan angin yang bertiup mengiringi.



Teman, kesedihan dan kebahagiaan selalu hadir Berselang-seling mewarnai panjangnya hidup ini. Keduanya mengguratkan memori di hamparan pikiran dan hati kita. Namun, adakah kita bersikap seperti pengembara tadi, yang mampu menuliskan setiap kesedihan di pasir agar angin keikhlasan membawanya pergi? Adakah kita ini sosok tegar yang mampu melepaskan setiap kesusahan bersama terbangnya angin ketulusan?

Teman, cobalah untuk selalu mengingat setiap kebaikan dan kebahagiaan yang kita miliki. Simpanlah semua itu di dalam kekokohan hati kita agar tak ada yang mampu menghapusnya. Torehkan kenangan bahagia itu agar tak ada angin kesedihan yang mampu melenyapkannya. Insya Allah, dengan begitu kita akan selalu optimistis dalam mengarungi panjangnya hidup ini.

Mari Sama-sama Kita Berdoa..

"Ya Allah!! Sebagaimana Engkau pernah menghantar burung-burung ababil menghancurkan tentera bergajah Musyrikin, maka kami memohon kepada Mu Ya Allah.. turunkan lah bantuan mu kali ini kepada orang-orang Islam di Palestin, hancurkanlah rejim zionis.. amin"

(Lalu bacalah surah Al Fil / membayangkan kehancuran tentera Yahudi - dengan Izin Allah)

Surah al fil:

"A'lam tara kayfa fa'ala rabbuka bi as-hab al-fil
"A'lam ya'jal kaydahum fi tadlil Wa arsala alayhim tayran ababil
"Tarmihim bi hijaratin-min sijjil Fa ja'ala hum ka asfin-ma'kul"

Lipat gandakan doa ini. Kirim kepada 7 orang rakan anda yang lain..

Maka 7 X 7 X 7 X 7 X 7 X 7 X 7 = 823453 orang akan berbuat berdoa,
kemudian 823453 X 7 = 5.8 juta orang...InsyaAllah akan ikut berdoa...

January 5, 2009

Brunei halal seal goes high-tech

Berita dari Brunei..My x-supervisor final year project 2006-2007


Brand credibility: Dr Abd-ElAziem Farouk Gad presents findings of Brunei's halal food detection research to boost the credibility of the sultanate's halal brand. Picture: Zamri ZainalSobrina Rosli

BANDAR SERI BEGAWAN
Friday, March 14, 2008

INNOVATIVE technology will boost the credibility of the Brunei Halal Brand, courtesy of scientific research findings by the Department of Agriculture and Universiti Brunei Darussalam.

This a result of collaboration between the two institutions toward strengthening the methods by which the accreditation process for the brand will be undertaken.

The sultanate now has a more advanced halal certification method based on scientific research, Normah SH Jamil, acting director of agriculture at the Ministry of Industry and Primary Resources, said in an interview with The Brunei Times.

"This would help develop the confidence of consumers when they see the Brunei halal brand it means that it has been checked thoroughly through physical observation ... and through the scientific tools being used," she said.

The two research areas were the development of Novel biomarkers for the detection of halal in non-halal and stunned slaughtered meat and the development of Gad-holistic kit for halal detection, both by Professor Dr.rer.nat Abd-ElAziem Gad, professor of molecular biology and biotechnology at the Faculty of Science at Universiti Brunei Darussalam.

The acting director of Agriculture said the products such as the Gad-holistic kit for Halal detection would be commercialised.

"This will help the private sector bring confidence in their products to be certified halal, this is a cheaper way to certify halalness," she said.

Through the Brunei Halal brand, Brunei has set its target of becoming one of the major players of the halal brand globally through halal food certification processes.



This is among a number of strategies for Brunei to diversify economic activity and reduce its reliance on its mineral resources. At the same time, it is seen to boost efforts to get a good share of the lucrative halal market.

The Brunei Times

Laskar Pelangi-Nidji


ni lagu favorite ku dan suami skg ni..

mimpi adalah kunci
untuk kita menaklukkan dunia
berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya

laskar pelangi takkan terikat waktu
bebaskan mimpimu di angkasa
warna bintang di jiwa

reff:
menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia selamanya

cinta kepada hidup
memberikan senyuman abadi
walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita

laskar pelangi takkan terikat waktu
jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi

repeat reff [2x]

laskar pelangi takkan terikat waktu